Pages

CAMPUS INTEGRATED BUSINESS MODEL; MENSTIMULUS ENTREPRENEURIAL ACTIFITY PADA MAHASISWA SEBAGAI UPAYA STRATEGIS TERINTEGRASI DALAM EDUPRENEURSHIP




CAMPUS INTEGRATED BUSINESS MODEL; MENSTIMULUS ENTREPRENEURIAL ACTIFITY
PADA MAHASISWA
SEBAGAI UPAYA STRATEGIS
TERINTEGRASI
DALAM EDUPRENEURSHIP

ADE SUYITNO
0906576

PRODI PENDIDIKAN EKONOMI DAN KOPERASI
FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
201
1



BAB I
PENDAHULUAN

 1.      Latar Belakang
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS, 2010) menyebutkan bahwa tingkat pengangguran terbuka berdasarkan tingkat pendidikan yang ditamatkan di Indonesia mencapai 8.319.779. Dengan rincian data dari lulusan universitas 710.128, Diploma 443.222, SMTA ( umum dan kejuruan ) 3.344.315, Sekolah Dasar 1.402.858 dan Tidak sekolah/Belum tamat SD 757.807.
Kemudian angka pengangguran tahun 2011 diperkirakan masih akan tinggi, berkisar antara 8-10%. Pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2010 yang diproyeksikan sebesar 5 %, dinilai tidak akan cukup untuk menyerap seluruh tenaga kerja yang memasuki usia kerja (Solo Pos, 2010). Jumlah ini belum ditambah dengan angka pemutusan hubungan kerja (PHK), bencana alam seperti gempa, longsor, banjir, dan lain-lain yang  tidak terduga  dan  turut menambah jumlah pengangguran dan kemiskinan di Indonesia.
Badan Perencanaan Nasional (Bappenas), dari 21,2 juta masyarakat Indonesia yang masuk dalam angkatan kerja, sebanyak 4,1 juta atau sekitar 22,2 persen adalah pengangguran, dan tingkat pengangguran terbuka itu didominasi oleh lulusan diploma dan universitas dengan kisaran angka di atas 1,5 juta orang. Pengangguran jenis ini kerap disebut “pengangguran akademik”.  Dalam keadaan seperti ini maka masalah pengangguran khusunya yang berpendidikan tinggi akan berdampak negatif terhadap stabilitas sosial dan kemasyarakatan. (Kompas,2010) .Bila kita berbicara mengenai pengangguran, tidak terlepas kaitannya dengan kemiskinan dan kesejahteraan rakyat, hal ini sangat berhubungan karena manusia yang mempunyai pekerjaan dan penghasilan yang memadai tentu akan dapat  memenuhi kebutuhan diri, keluarga dan lingkungannya, dan seiring dengan itu akan mempunyai kesejahteraan yang layak. Kesejahteran akan berimbas pada sektor pendidikan dan kesehatan.
Menurut presiden SBY dalam Pidatonya pada acara gerakan kewirausahaan nasional mengatakan bahwa “Skarang ini, warga bangsa kita yang tidak memiliki pekerjaan sekitar 8juta atau sekitar 14% dari total 240 juta, mudah-mudahan tahun 2015 bisa menurun hingga 7% dan memiliki 500 pengusaha”. Sebelumnya pada acara itu di awali oleh sambutan  mentri KUKM syarief hasan dalam sambutannya mengatakan bahwa, pencanangan gerakan kewirausahaan nasional ini merupakan program yang dilakukan pemerintah untuk mengurangi pengangguran, karna melihat masih tingginya angka pengangguran yang merupakan salah satu persoalan bangsa  indonesia. Melalui  kegiatan gerakan kewirausahaan nasional  ini, pemerintah Indonesia berupaya untuk melakukan perubahan pola piker job seeker menjadi job creator. Hal yang sangat penting dalam penanaman jiwa kewirausahaan bagi pemuda khususnya mahasiswa untuk menyiapkan dirinya dalam  menghadapi lingkungan yang begitu dinamis. (Mentri KUKM Syarief Hasan, Gerakan kewirausahaan nasional 2-4/02/2011 di JCC Jakarta)
Mengenai hal di atas jelas bahwa peran generasi muda dan khususnya mahasiswa memegang peran penting dalam pengurangan pengangguran dengan solusi mengembangkan jiwa kewirausahaan karna maju mundurnya perkembangan suatu negara salah satunya bisa dilihat dari jumlah dan aktifitas entrepreneurnya. Dalam hal ini lingkungan kampus berpengaruh besar dalam menciptakan entrepreneur muda di kalangan mahasiswa  .Namun kenyataannya. sistem pendidikan di Indonesia kurang optimal dalam  mengembangkan jiwa soft skill (keterampilan lain di luar kompetensi utama), padahal pada kenyataanya soft skill sangat dibutuhkan dalam dunia kerja. Hal inilah yang menyebabkan angka penganguran yang berasal dari universitas maupun diploma  cukup tinggi karena terjadi ketidakcocokan antara sumber daya manusia yang tersedia dengan kebutuhan dunia kerja.  Kondisi tersebut di atas didukung pula oleh kenyataan bahwa sebagian besar lulusan Perguruan Tinggi cenderung lebih sebagai pencari kerja (job seeker) daripada pencipta lapangan pekerjaan (job creator). Hal ini kemungkinan disebabkan sistem pembelajaran yang diterapkan di berbagai perguruan tinggi saat ini lebih terfokus pada bagaimana menyiapkan para mahasiswa yang cepat lulus dan mendapatkan pekerjaan, bukannya lulusan yang siap menciptakan pekerjaan. Disamping itu, aktivitas kewirausahaan (Entrepreneurial Activity) di indonesia yang relatif masih rendah . (Hendraman, Direktur Kelemebagaan DIKTI : 2010)
Tempo interaktif 17/03/2011 jusuf kalla ; “Wirausaha merupakan salah satu solusi untuk menekan tingkat pengangguran yang terjadi saat ini, karena selain menciptakan pekerjaan bagi diri sendiri, juga dapat membuka kesempatan kerja bagi orang lain,” ujarnya, hari ini. Kewirausahaan adalah salah satu solusi untuk mengatasi masalah pengangguran yang berasal dari lulusan perguruan tinggi, dengan digalakkannya program pengembangan entrepreneurship di kalangan mahasiswa sejak dini agar diharapkan  kelak para akademisi terdidik ini mempunyai jiwa jobcreator bukan job seeker. Idealnya dalam suatu negara presentasi masyarakat yang bergerak di dunia wirausaha adalah 2% dari jumlah penduduk, karena kewirausahaan adalah motor penggerak ekonomi sebuah negara. Di Indonesia dari sektor informal ini dapat menyerap tenaga kerja sebanyak 63% dibandingkan dengan sektor formal yang hanya menyerap sebanyak 37% (Muhaimin Iskandar,2010)
Diharapkan dengan peran aktiv perguruan tinggi dalam mengembangkan atmosfer entrepreneurship di kalangan mahasiswa kelak mahasiswa lulusan perguruan tinggi mempunyai jiwa entrepreneurship yaitu berupa soft skill yang tentunya akan berguna dalam dunia kerja. Bila kita berbicara entrepreneurship, maka akan ada proses untuk mengembangkan jiwa-jiwa seorang entrepreneur yang harus dimiliki oleh mahasiswa. Inilah poin penting yang harus menjadi acuan perguruan tinggi. Soft skill inilah yang harus dikembangkan dalam setiap lulusan perguruan tinggi, karena skill teknis berdasarkan nilai akademis hanya berpengaruh 10 % untuk karir, sebaliknya karir lebih mengutamakan soft skill (Aditia Sudarto,2009 ).
Saat ini beberapa  perguruan tinggi telah berusaha menciptakan kompetensi kewirusahaan pada mahasiswanya contohnya adalah Institut Teknologi Suarabya (ITS) yang menjadikan entrepreneurship mata kuliah wajib. ITS menjadikan mata kuliah technopreneurship sebagai mata kuliah wajib. Bahkan, model kuliahnya tidak sekedar teori tanpa aplikatif. Mahasiswa yang mendapat kuliah ini sudah dipersiapkan sejak awal untuk membuat rencana bisnis dengan perhitungan daya tarik pasar. Namun kebanyakan universitas lainnya belum menciptakan suasana kondusif  berwirausaha karna kebijakannya hanya baru sebatas menjadikan kewirausahaan sebatas mata kuliah akibatnya Entrepreneurial Activity pada mahasiswa masih kurang yang mengakibatkan upaya penciptaan soft skill kewirausahaan pada mahasiswanya belum optimal. lingkungan kampus belum sepenuhnya "sadar" arti penting membentuk jiwa kewirausahaan. Menumbuh kembangkan jiwa kewirausahaan memerlukan medium pembelajaran seperti melalui kegiatan simulasi bisnis yang dilakukan secara kelompok di lingkungan kampus. (Membentuk Entrepreneur Mahasiswa, www.Depkop.go.id : 2011)
Oleh karna itu karya tulis ini muncul model ini untuk meningkatkan soft skill kwu dengan meningkatkan entrepreneurial activity di lingkungan kampus  Campus Integrated Business Model; Menstimulus Entrepreneurial Actifity Pada Mahasiswa Sebagai Upaya Strategis Terintegrasi Dalam Edupreneurship.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas,maka dapat identifikasikan beberapa rumusan masalah sebagai berikut:

Bagaimana Implementasi Model Optimalisasi Peran Inkubator Bisnis Kampus Dan Mahasiswa Untuk Mendongkrak Produk Lokal? ?

Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dalam penulisan karya ilmiah ini adalah sebagai berikut:
Menjelaskan Pelaksanaan Bisnis dan Usaha Kopontren  Al-ittifaQ dalam Pemberdayaan Sumber Daya Alam Masyarakat  yang di mana Kopontren  Al-ittifaQ sebagai salah satu contoh kopontren sukses dengan optimalisasi P4S  dan BMT kopontren dalam usaha agribisnis sebagai pemberdayaan ekonomi masyarakat.
Menjelaskan Bagaimana model peningkatan bisnis kopontren melalui optimalisasi P4S dan BMT kopontren dalam usaha agribisnis sebagai pemberdayaan ekonomi masyarakat.

Manfaat penelitian

Adapun manfaat penulisan Karya Ilmiah ini adalah:
Bagi penulis, untuk melatih kemampuan dalam bidang kepenulisan dan menambah pengetahuan tentang bagaimana peran kopontren terhadap pemberdayaan masyarakat dan SDA yang ada di sekitar kopontren tersebut.
Bagi pembaca, untuk menambah wawasan dana pengetahuan tentang bagaimana peran kopontren terhadap pemberdayaan masyarakat dan sumber daya alam yang ada di sekitar kopontren.
Bagi Masyarakat
Bagi Pemerintah


0 komentar:

Posting Komentar